womenAtas Nama Pribadi dan Keluarga Besar celebratecelebratecelebrateSTIKes MUHAMMADIYAHcelebratecelebratecelebrate Lhokseumawe, Melalui Blog ini, Mengucapkan doadoadoa"MINAL A IDZIN WAL FA IZIN"doadoadoa Mohon Maaf Lahir Dan Bathin celebratecelebratecelebrate"SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1430H"celebratecelebratecelebrate Semoga Ibadah kita selama Ramadhan di terima Oleh Allah SWT, dan Semua dosa kita diampuni-Nya. doadoadoaAmiiindoadoadoa

Rabu, 02 September 2009

Perkembangan Gerontologi

PENDAHULUAN

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari umur harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara berkembang, dengan perkembangannya yang cukup baik, diproyeksikan angka harapan hidupnya dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2020 yang akan datang. Hal ini semua merupakan gambaran yang terjadi pada seluruh negara di dunia berkat adanya kemajuan teknologi dan kondisi sosio-ekonomi yang dialaminya.

Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki / mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).

Ilmu pengetahuan dan teknologi masih ditantang untuk menerangkan penyebab orang menjadi tua. Banyak teori yang diajukan dan belum dapat memuaskan semua pihak. Yang jelas ialah bahwa proses menua merupakan kombinasi berbagai faktor yang saling berkaitan.

Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan masalah lanjut usia atau dapat pula diartikan sebagai suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuaan ditinjau dari segi kesehatan, sosial, ekonomi, perilaku, hukum, lingkungan dan lain-lain. Perkembangan ilmu ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu dan teknologi, karena sampai setengah abad yang lalu ilmu ini memang belum dikenal.

Tujuan hidup manusia adalah menjadi tua tapi tetap sehat (healthy aging). Tujuan geriatri / gerontologi adalah mewujudkan healthy aging tersebut dengan jalan melaksanakan P4 di bidang kesehatan, yaitu peningkatan mutu kesehatan (promotion), pencegahan penyakit (preventive), pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitation).

Dengan mengembangkan kerangka model seperti di atas, jelaslah peranan dan sasaran kerja promosi dan prevensi di bidang geriatri.

Masalah lanjut usia akan dihadapi oleh setiap insan dan akan berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks karena :

1. Umur harapan hidup (life expectancy) pada saat itu akan berada di atas usia 70 tahun, sehingga populasi lanjut usia di Indonesia tidak saja akan melebihi jumlah balita tetapi dapat menduduki peringkat ke-empat di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat.

2. Sistem pensiun atau tunjangan kesehatan yang memadai sampai saat ini masih belum dipikirkan secara mendasar, padahal angka kesakitan dan kemiskinan pada lanjut usia tentunya akan meningkat.

3. Setiap keluarga pada saat itu rata-rata akan mempunyai 2 orang anak. Para lansia akan menghadapi kedaan dimana semua anak mereka harus bekerja dan berkarier. Sehingga muncul pertanyaan : siapakah yang dapat diharapkan dan mau menjadi care provider bagi mereka?


  1. Masalah globalisasi akan menuntut perkembangan keluarga yang tadinya berintikan nilai tradisional / keluarga guyub beralih dan cenderung berkembang menjadi keluarga individual / patembayan. Norma masyarakat juga akan bergeser dan mengarah pada kehidupan yang egosentris.
  2. Masalah gender akan berkembang menjadi topik besar, karena jumlah lansia wanita akan melebihi jumlah prianya (karena umur harapan hidup wanita memang lebih tinggi), sedangkan kelompok wanita tua lebih bercirikan kekurangmampuan/ kemiskinan, kurangnya ketrampilan yang dimiliki dibandingkan dengan kelompok pria dan ketidakberdayaan. Di lain pihak, kelompok yang melayani lansia umumnya terdiri dari para wanita.
  3. Terbatasnya aksebilitas lansia sehingga mobilitas menjadi sangat terbatas.
  4. Terbatasnya hubungan dan komunikasi lanjut usia dan lingkungannya dan penurunan kesempatan dan produktivitas kerja.
  5. Terbatasnya kemampuan dalam memanfaatkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada.


Terberantasnya penyakit infeksi yang disebabkan kuman dan parasit, berkembangnya ilmu kesehatan lingkungan serta keberhasilan program keluarga berencana menyebabkan meningkatnya angka harapan hidup dan tentunya dibarengi konsekuensi lainnya yang lebih kompleks. Perkembangan ilmu kesehatan yang berkaitan dengan lansia juga tumbuh lebih cepat, karena penyakit lanjut usia memiliki karakteristik tertentu yang jarang didapatkan pada masa anak dan dewasa muda. Masalah lainnya pun berkembang cepat sehingga sampai saat ini dikenal berbagai cabang ilmu seperti :

  1. Proses biologik pada usia lanjut
  2. Socio-gerontology
  3. Psycho-gerontology
  4. Medical-gerontology yang mencakup aspek preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sementara itu, ilmu geriatri praktis mempelajari aspek kedokteran klinis dan tidak terlampau banyak membicarakan aspek preventif
  5. Anthropo-gerontology, dan lain sebagainya.


Semua pihak hendaknya mengantisipasi hal ini dan mempersiapkan diri menghadapi permasalahan yang sangat kompleks yang akan timbul. Permasalahan potensial yang akan terjadi tidak hanya ditimbulkan oleh faktor kependudukan, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor biologis, sosial budaya, ekonomi, hukum dan etika, psikologis dan perilaku, kesehatan, pembinaan, perawatan, pelayanan serta jaringan kerjasama tingkat lokal, nasional, regional, bahkan global. Belum lagi sering terjadi saling mempengaruhi antar berbagai faktor yang disebutkan tadi.

Beberapa produk hukum telah dikembangkan dan yang terbaru adalah Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Produk hukum tersebut dapat dijadikan pedoman guna memperbaiki kinerja para pelaksana sehingga diperoleh kegiatan yang lebih terarah, terpadu, efektif dan efisien dengan tujuan akhirnya, yaitu membuat lansia dan keluarganya sejahtera.

Dengan demikian iklim yang tercipta perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak yang berkiprah dalam pembangunan lanjut usia.

Demografi Lanjut Usia

Transisi Demografi

Pada pertemuan di Madrid, WHO mengungkapkan bahwa semasa abad yang lalu telah terjadi perubahan-perubahan besar sebelum perang dunia pertama, dimana hampir semua Negara-negara di seluruh dunia tercekam oleh penyakit-penyakit menular, kekurangan gizi dan menurunnya status kesehatan lingkungan sehingga umur harapan hidup sangat rendah. Setelah Ilmu Kesehatan Masyarakat dikembangkan, maka penyakit-penyakit tadi dapat ditekan, oleh sebab itu sejak 60 tahun yang lalu ada paradigma kesehatan baru yang disebut dengan epidemiological shift. Lalu berkembang suatu masa dimana sejak perang dunia kedua, hampir semua penduduk dunia berkembang biak dengan jumlah anak-anak kecil yang dilahirkan tanpa suatu program khusus, jadi dalam keluarga tersebut bisa memiliki 10 orang anak bahkan lebih sehingga jumlah penduduk menjadi tidak terkontrol. Saat itulah terjadi suatu gerakan dunia untuk mengingatkan agar jangan sampai dunia mengalami kekurangan pangan bagi penduduk-penduduk baru dan diproklamirkan suatu gerakan berencana internasional yang disebut family planning program. Di Indonesia gerakan family planning program ternyata cukup berhasil. Maka kira-kira 30 tahun lalu terjadi suatu pergeseran baru dalam kesehatan yang disebut dengan demographical shift.

Pada akhir abad yang lalu disinyalir umur lansia semakin banyak. Ada negara-negara yang mempunyai jumlah lansia diatas 10% dan disebut dengan Aging Populated Countries. Di Indonesia, kini populasi lansia rata-rata 7,5% dari jumlah total penduduk dan dalam waktu 20 tahun lagi jumlah lansia Indonesia akan melebihi balita. Pada saat itulah WHO mengatakan bahwa milenium ini ditandai dengan apa yang disebut dengan gerontological shift, dimana jumlah lansia dengan permasalahannya akan jauh lebih besar, lebih serius dan lebih kompleks. Karena itu diperlukan suatu program-program yang lebih terarah dan hanya bisa dimulai bila institusi-institusi mulai memberikan perhatian. Dan diharapkan lembaga-lembaga lainnya akan turut berperan serta dalam usaha ini.

Population distribution, distribution of the elderly and proportion of ageing in Indonesia’s provinces, 1990

Province

Total population

Distribution

Number of elderly

Distribution

Proportion of ageing

Aceh

3,415,595

1,91

181,620

1,61

5,32

Sumatra Utara

10,251,690

5,72

533,393

4,73

5,20

Sumatra Barat

3,999,622

2,23

291,930

2,59

7,30

Riau

3,278,788

1,83

131,050

1,16

4,00

Jambi

2,018,430

1,83

79,264

0,70

3,93

Bengkulu

1,178,872

1,13

55,860

0,50

4,74

Sumatra Selatan

6,311,792

3,52

297,734

2,64

4,72

Lampung

6,015,612

3,36

285,058

2,53

4,74

Jakarta

8,277,697

4,59

266,750

2,37

3,24

Jawa Barat

35,380,879

19,74

2,131,561

18,90

6,02

Jawa Tengah

28,515,580

15,91

2,231,269

19,79

7,82

Yogyakarta

2,912,552

1,62

321,558

2,82

11,04

Jawa Timur

32,486,610

18,12

2,595,002

123,01

7,99

Bali

2,777,326

1,55

230,511

2,04

8,30

NTB

3,386,642

1,88

180,975

1,61

5,37

NTT

3,267,788

1,82

204,565

1,81

6,26

Timor Timur

747,533

0,42

27,052

0,24

3,62

Kalimantan Barat

3,227,997

1,80

141,890

1,26

4,40

Kalimantan Tengah

1,395,959

0,78

56,844

0,50

4,07

Kalimantan Selatan

2,596,536

1,45

132,105

1,17

5,09

Kalimantan Timur

1,875,032

1,05

64,824

0,57

3,46

Sulawesi Utara

2,477,121

1,38

154,812

1,37

6,25

Sulawesi Tengah

1,703,296

0,95

73,333

0,65

4,31

Sulawesi Selatan

6,980,411

3,89

425,095

3,77

6,09

Sulawesi Tenggara

1,349,196

1,75

56,606

0,50

4,20

Maluku

1,852,723

1,03

95,194

0,84

5,14

Irian Jaya

1,630,107

0,91

27,747

0,26

1,82

Indonesia

179,243,386

100,00

11,275,557

100,00

6,29

Sumber : Central Bureau Statistic, 1992

Seperti diketahui bahwa Indonesia saat ini sedang berada dalam transisi demografi dengan persentasi lansia diproyeksikan menjadi 11,34% pada tahun 2020. Keberhasilan pembangunan akan meningkatkan derajat kesehatan penduduk yang ditandai dengan menurunnya tingkat kelahiran dan kematian serta diikuti oleh semakin luasnya cakupan dan meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dan gizi rakyat telah mendorong terjadinya pergeseran berbagai paramater demografi ke arah yang lebih baik. Salah satu diantaranya adalah meningkatnya usia harapan hidup dari 45,7 tahun pada tahun 1968 menjadi 61,3 tahun pada tahun 1992. Diproyeksikan usia harapan hidup penduduk Indonesia akan semakin meningkat.

Salah satu konsekuensinya yang perlu diantisipasi sejak dini adalah meningkatnya baik jumlah maupun persentasi penduduk lansia. Pada tahun 1990 penduduk berusia 60 tahun ke atas sudah mencapai 11,3 juta atau 6,4 % dari jumlah penduduk dan akan terus meningkat. Pada tahun 2005 jumlah lanjut usia diramalkan akan menjadi 19 juta (8,5%) dan pada tahun 2010 akan melebihi jumlah balita. Keadaan ini mempunyai implikasi yang besar pada kebijakan makro di berbagai sektor pembangunan.

Kebijakan makro pun akan banyak mengalami pergeseran. Secara alami proses manjadi tua menyebabkan para lansia mengalami kemunduran fisik dan mental. Makin lanjut usia seseorang, makin banyak ia mengalami permasalahan terutama fisik, mental, spiritual, ekonomi dan sosial sehingga diperlukan upaya khusus yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar para lanjut usia tetap dapat mandiri dan tidak menjadi beban bagi dirinya maupun keluarga dan masyarakat.

Struktur masyarakat Indonesia berubah dari masyarakat / populasi “muda” (1971) enjadi populasi yang lebih “tua” pada tahun 2020. Piramida penduduk Indonesia berubah bentuk dengan basis lebar (fertilitas tinggi) menjadi piramida berbentuk bawang yang menunjukan rendahnya fertilitas dan mortalitas. Pergeseran ini menuntut perubahan dalam strategi pelayanan kesehatan, dengan kata lain perhatian dan prioritas untuk penyakit-penyakit dewasa dan lanjut usia akan lebih dibutuhkan, namun penyakit-penyakit anak dan balita masih juga belum diselesaikan (beban ganda). Perubahan struktur ini juga akan mempengaruhi rasio ketergantungan (Dependency Ratio).

Dengan demikian lapisan kaum lansia dalam struktur demografi Indonesia menjadi makin tebal, dan sebaliknya kaum muda menjadi relatif lebih sedikit. Dengan kata lain, timbul regenerasi yang bisa membawa akibat negatif. Proses ini berlangsung beberapa tahap, antara lain :

§ Tahap I

Timbul kesenjangan antar generasi (generation gap), karena kaum muda secara lebih dinamis mengikuti kemajuan teknologi canggih, sedangkan kaum lansia acuh, tetap tertinggal dan membiarkan kaum muda berjalan terus. Keadaan ini belum berbahaya.

§ Tahap II

Karena makin tebalnya lapisan lansia dan makin meningkatnya tingkat kesehatan,mereka pun masih mampu mengimbangi kaum muda dan menghendaki tetap pada jabatannya, sehingga tidak mau digeser. Pada saat inilah timbul tekanan pada generasi muda (generation pressure) yang lebih berbahaya dari keadaan tahap I. Tahapan Indonesia saat ini adalah tahap I dan mulai memasuki tahap II dengan timbulnya isu peningkatan usia pensiun.

§ Tahap III

Adalah yang paling berbahaya, ditandai dengan timbulnya konflik anyar generasi (generation conflict). Dalam keadaan ini para lansia yang jumlahnya makin banyak merasa makin kuat dan terus-menerus menekan generasi di bawahnya, sedangkan generasi muda bereaksi dan melawan tekanan-tekanan tersebut sehingga timbul konflik yang berkepanjangan dan sulit diatasi dengan segera. Ini merupakan keadaan yang berbahaya.

Untuk mencegah proses regenerasi menuju keadaan yang berbahaya, maka antara lain harus dilaksanakan hal-hal sebagai berikut :

1. menyelenggarakan program pensiun secara terpadu dan merata

2. menciptakan lapangan kerja/kegiatan bagi lanjut usia yang tidak bertentangan

dengan kebutuhan kaum muda.

Indikator Demografi

Berbagai indikator demografi yang lazim dipakai adalah sebagai berikut :

1. Indeks Penuaan (The Ageing Index)

Rasio penduduk lanjut usia terhadap penduduk usia kurang dari 15 tahun.

2. Usia Median (Median Age)

Membagi sama penduduk usia muda dan tua.

3. Penuaan Penduduk Tua ( The Ageing of the Elderly Population)

Proporsi penduduk lansia diatas 75 tahun dibanding lanjut usia diatas.

4. Besar dan Proporsi Penduduk Lanjut Usia ( The Relative Weight of Elderly)

Angka 10% merupakan tanda transisi struktur penduduk muda ke arah tua.

Tahun

Usia Harapan Hidup (UHH)

Jumlah

Perkotaan

Pedesaan

1988

52,2 tahun

7.998.543

(5,45%)

1.452.934

(4,42%)

6.545.609

(5,75%)

1990

59,8 tahun

12.778.121

(6,29%)

4.209.999

(5,88%)

8.568.213

(6,96%)

1995

63,6 tahun

13.298.588

(6,83%)

4.027.515

(5,76%)

9.271.173

(7,43%)

2000

64,5 tahun

17.767.709

(7,97%)

7.793.880

(7,60%)

9.973.829

(8,29%)

2010

67,4 tahun

23.992.552

(9,77%)

12.380.321

(9,58%)

15.612.232

(9,97%)

2020

71,1 tahun

28.822.879

(11,34%)

15.714.952

(11,20%)

13.107927

(11,51%

Sumber data : Badan Pusat Statistik, tahun 2002

5. Komposisi Penduduk Lanjut Usia Pria - Wanita (The Sex Composition of the Elderly Population)

Persentase penduduk lansia di Asia Tenggara dan di Indonesia

Negara/

Kawasan

1970

1995

2025

2050

Asia Tenggara

5,7

4,9

7,2

6,0

13,3

10,9

21,7

18,3

Indonesia

5,5

4,9

7,2

6,3

13,8

11, 6

23,1

20,0

Sumber : United Nations, World Demographic Estimates and Projections 1950-2020, New York,1988

6. Angka Ketergantungan Penduduk Lanjut Usia ( The Aged Dependency Ratio)

Jumlah penduduk lanjut usia terhadap 100 penduduk usia kerja yang berusia

15-59 tahun.

Dependency ratio in Indonesia, 1971-2020

Year

Elderly

Young people

Total

1971

4,69

82,15

86,84

1980

5,82

73,27

79,09

1990

6,32

61,51

67,83

1995

6,93

54,08

61,02

2000

6,97

46,20

53,17

2005

7,74

42,13

49,87

2010

8,32

37,87

46,20

2015

8,74

34,11

42,84

2020

10,14

31,23

41,83

Sumber : Central Bureau of Statistic, 1974, 1983, 1992 Ananta and Anwar, 1994



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template Design by Free template
merpati3333